Cinta Abdullah Pada Sang Gadis  

Standar
Aku tergila-gila pada makhluk-Mu. Sementara jika Kau yang menyeru, aku begitu acuh.

 

Abdullah begitu tergila-gila dengan seorang wanita. Hatinya gelisah, hendak jumpa tapi tak jua terlaksana. Hari-harinya selalu diliputi bayangan gadis jelita itu.

Akhirnya, pada suatu malam di musim dingin, ia memutuskan untuk berdiri di sisi dinding rumah sang gadis. Ia menunggu, berharap kerinduannya segera terobati hanya dengan sedikit mencuri pandang wajah bunga hatinya.

Salju pun turun sepanjang malam itu. Saat adzan berkumandang, ia menyangka itu adalah adzan isya. Namun, melihat fajar telah menyingsing, ia sadar bahwa ia telah menghabiskan malam itu dalam kerinduannya kepada gadis pujaannya.

“Memalukan kau, Abdullah!” Ujar salah seorang pejalan kaki di dekat rumahnya itu saat melihat Abdullah menggigil kedinginan.

Sontak pemuda itu terheran, siapakah gerangan yang mengetahui isi hatinya tersebut.

“Di malam yang begitu terberkahi, engkau berdiri di atas kakimu hingga pagi karena nafsu pribadimu. Namun bila imam memperpanjang bacaan shalat, engkau mendadak menjadi kalut,” tambahnya tanpa berbasa-basi.

“Siapa kau?” jawab Abdullah seraya membuka matanya lebar-lebar, menerawang dalam ingat dan penglihatannya.

Namun, pejalan kaki itu tak peduli dengan pertanyaan Abdullah. Dia terus melangkah dan berlalu dari hadapan pemuda malang itu.

Sayangnya, bukan ketenangan yang Abdullah dapat. Ia justru merasa semakin gelisah. Hatinya begitu terkoyak atas ungkapan lelaki tak dikenal tadi. Kesedihan merasuki jiwa dan hatinya.

“Benar, aku tergila-gila pada makhluk-Mu. Sementara jika Kau (Allah) yang menyeru (shalat), aku begitu acuh. Padahal Engkau lah Dzat Maha Pemberi Segala Sesuatu. Sungguh tiada kenikmatan yang dirasakan manusia melebihi kenikmatan saat berjumpa dengan yang Tercinta (Allah),” rintih Abdullah.

Ia pun masuk ke rumah. Tersungkur dalam tangis taubat yang khusyuk.

——

Peristiwa inilah yang konon membuat Abu Abdurrahman Abdullah ibnu al Mubarak al Handhali al Mawardhi berpaling dari kehidupan dunia yang mewah. Ia lahir pada 118 H/736 M di Merv dari seorang ayah berketurunan Turki, sedangkan ibunya dari Persia.

Abdullah menguasai berbagai macam ilmu pengetahuan. Namun, di kalangan para sufi, ia justru terkenal sebagai salah seorang perawi hadis yang amat mumpuni. Hingga kini, karyanya tentang ketuhanan masih bisa ditemukan, khususnya di wilayah Persia dan Turki.

Boleh mengcopy, asal mencantumkan sumber link tulisan ini.

(Lina Sellin)

Tinggalkan komentar