KENAPA ALLAH TAK KABULKAN SEMUA DOA?

Standar

Sebagai orangtua, rasanya kita ingin sekali mengabulkan semua permintaan anak. Ya, semua. Tapi, kadang yang diminta anak justru sesuatu yang kita—sebagai orangtua—anggap bahaya. Itu sebabnya, kadang juga dengan terpaksa—berat hati—harus menolak. Meskipun si anak menangis, meronta, bahkan disertai kesal-kecewa-marah.

Misal bayi, anak usia 3 tahun, meronta meminta sepeda motor. Sebagai orangtua yang mungkin berkecukupan dan punya kemampuan mengabulkan permintaannya, sudah pasti ingin membelikannya. Tapi ketika dipikir, tentu saja anak usia 3 tahun takkan mampu mengendarai sepeda motor bahkan malah bisa membahayakannya. Alhasil, meski mampu, kita akan memilih untuk menolak permintaannya.

Pun begitu (mungkin) dengan Tuhan, yang menurut banyak riwayat dikatakan memiliki kasih sayang yang jauuuh melebihi orangtua.

Banyak hal, yang kita, manusia minta, “sengaja” tidak dikabulkan karena “mungkin” jiwa kita belum mampu menerimanya. Jiwa kita belum sanggup memikul “derita” yang bakal terjadi apabila permintaan kita terkabul.

Itu sebabnya, konon Sayyidina Ali r.a. selalu bersyukur atas segala doa yang Allah “tolak”. Para sahabat merasa heran kemudian bertanya, “Wahai Ali, kenapa engkau justru bersyukur atas apa yang tidak Allah kabulkan?”

Dengan tersenyum Ali menjawab, “Bagaimana mungkin saya tidak bersyukur sementara dengan tidak dikabulkannya doa, itu pertanda bahwa Allah tengah menyelamatkanku dari musibah yang jauh lebih besar?”